(REVIEW) Dua Garis Biru (2019)

Dua Garis Biru
Genre
  • drama
  • keluarga
Actors
  • Arswendy Bening Swara
  • Lulu Tobing
  • Zara JKT48
Director
  • Gina S. Noer
Release Date
  • 11 July 2019
Rating
4.5 / 5

*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.

Film Dua Garis Biru berhasil mematahkan reaksi negatif segelintir orang yang menganggap film garapan Gina S. Noer tersebut menjerumuskan. Padahal, tema yang disampaikan berasal dari problem yang terjadi di sekeliling kita, yaitu soal pernikahan dini.

Menceritakan Dara (Zara JKT48) dan Bima (Angga Yunanda) yang berani melanggar batas sepasang kekasih tanpa tahu konsekuensinya. Dara dan Bima harus bertanggung jawab atas pilihan mereka, yaitu pernikahan dini.

Banyak pertentangan dari pihak keluarga, maupun dari hati terdalam pasangan muda tersebut. Siapkah Dara dan Bima melawan dan bertahan atas pilihannya menjadi orangtua di usianya yang masih dini?

Dikemas Tanpa Basa-basi

Dari menit awal sampai akhir benar-benar padat. Bahkan, bisa dibilang, kita jadi tahu sebagaimana detailnya seorang Gina S. Noer menyusunnya.

Debutnya sebagai sutradara, diawali dengan standar tinggi yang sebenarnya udah dilakukannya sejak jadi penulis naskah Ayat-ayat Cinta (2008), Hari untuk Amanda (2010), Posesif (2017), Kulari ke Pantai (2018), dan Keluarga Cemara (2018).

Dua Garis Biru bukan film yang cerewet alias enggak banyak dialog. Hebatnya, demi efektivitas, Gina meramu semuanya untuk bisa berbicara meski enggak lewat kata-kata. Seperti, adegan dua orang yang saling tatapan, atau mimik wajah karakter, semuanya menyampaikan suatu pesan.

Bahkan, benda mati pun dibuat “berbicara”, seperti stroberi yang ditaruh perut Dara, stoberi yang diblender, dan jus stroberi yang ditinggalkan. Tiga hal itu masing-masing menentukan keputusan apa yang akan dipilih Dara dan Bima.

Komedi yang ditampilkan enggak berusaha untuk bikin penonton ketawa. Malah, unsur komedi di film Dua Garis Biru ini layaknya dua sisi mata uang: positif dan negatif.

Satu sisi mencairkan suasana dari masalah serius yang ditampilkan sejak awal. Sedangkan, sisi lain malah merusak momen serius yang seharusnya penonton sadari.

Seperti, pada adegan kakaknya Bima yang marah-marah karena perbuatan bodoh adiknya. Ekspresi kesal maksimal yang harusnya bikin penonton tertegun, malah bikin ketawa.

Karakter Maksimal Tanpa Cela

Seperti naskahnya, semua karakter dibuat padat dan berakting maksimal, termasuk para figuran. Saking detailnya lagi, Gina seakan bikin semua orang yang terlibat enggak gabut.

Contohnya, para tetangga Bima yang secara enggak langsung ngasih tahu soal kehidupan rumah tangga yang penuh polemik, atau keberadaan Asri Welas yang sekilas menggambarkan respons natural melihat kehamilan dini.

Setelah nonton film Dua Garis Biru, wajar jika salah satu orang yang kalian tepuk tangani adalah Zara JKT48. Bukan bermaksud melebihkan, debutnya sebagai pemeran utama bisa dibilang tanpa cela. Aktingnya juga menyempurnakan debut Gina di film produksi Starvision ini.

Akting Zara JKT48 sebagai Dara makin lengkap ketika beradu akting dengan Angga Yunanda sebagai Bima. Hebatnya Angga, ekspresinya bisa menyampaikan dialog.

Ketika akting diam, membisu, dan bengong pun, Angga bisa sampaikan maksud, seperti aktingnya di Sajen (2018), Tabu: Mengusik Gerbang Iblis (2019), dan Sunyi (2019).

Menghadirkan pemain senior seperti Cut Mini dan Arswendy Bening Swara sebagai orangtua Bima, serta Lulu Tobing dan Dwi Sasono sebagai orangtua Zara. Mereka menjadi gambaran orangtua yang berbeda strata dalam menghadapi masalah.

Detail Visual dan Timing Jempolan

Detail visual yang dihadirkan film Dua Garis Biru secara jelas menata nuansa dan mood adegan. Meski problem serius, film ini enggak menggambarkan kesuraman. Malah, saking berwarnanya, masalah serius di film ini seakan bisa memberikan harapan bagi orang-orang yang pernah mengalaminya.

Pengambilan gambar perbedaan keluarga Dara di perkotaan yang kaya raya, berbeda dengan shoot keluarga Bima di perkampungan yang berkecukupan. Stratanya punya mood gambar masing-masing.

Contohnya, dilihat dari warna kulit. Bukan bermaksud rasis, warna kulit di film Dua Garis Biru membedakan strata lewat cara berpikir dan bertindak menghadapi suatu masalah.

Bisa simak adegan di UKS yang bakal jadi adegan memorable film Dua Garis Biru karena shoot-nya, emosinya, dan akting totalnya.

Makna film makin ngena karena scoring yang luar biasa. Gina bersama dengan departemen musiknya meramu semuanya dengan timing yang pas.

Pemilihan soundtrack juga enggak neko-neko. “Jikalau” dari Naif, “Biru” dari Banda Neira, “Sulung” dari Kunto Aji, “Growing Up” dari Rara Sekar, “Sorry” dari Pamungkas, dan “Muda, Tangguh, dan Perkasa” dari Angsa & Serigala. Semuanya, menyatu.

Surat Cinta Gina untuk Kalian

Enggak heran waktu sembilan tahun digunakan Gina untuk memaksimalkan film Dua Garis Biru biar enggak lahir “prematur”. Tepat baginya menjadikan film ini sebagai surat cinta kepada semua orang yang punya kesalahan saat menjadi anak, orangtua, dan anggota keluarga.

Film ini juga menjadi surat cintanya ke setiap keluarga yang sedang atau pernah menghadapi kesalahan anggota keluarganya, dan dalam proses memaafkan satu sama lain dalam perjalanannya untuk menjadi lebih baik.

Enggak hanya itu, film Dua Garis Biru juga menjadi desakan Gina untuk para pihak yang bertanggung jawab agar lebih serius mengurangi jumlah kesalahan fatal seperti kehamilan dini pada remaja Indonesia.

Kesalahan itu bisa berujung pada kematian ibu atau bayinya, menambah jumlah angka pelajar yang putus sekolah, lingkaran kemiskinan, bahkan kekerasan dalam rumah tangga karena ketidaksiapan pernikahan dini.

Film ini patut ditonton semua keluarga Indonesia sebagai salah satu upaya preventif remaja dan orangtua soal pendidikan seks yang lebih komprehensif. Bukan cuma soal seks, tapi dalam hal lainnya.

Sebab, memahami hal mendasar seperti seks sebenarnya adalah bagian dari perjalanan mengenali dan menghargai diri sendiri sebagai manusia.

Kalian bisa ajak siapa pun nonton film ini, kecuali mereka yang di bawah usia 13 tahun, ya, mengingat film Dua Garis Biru klasifikasinya PG-13.

Filmnya mulai tayang di bioskop pada 11 Juli 2019. Kalau udah nonton, bagikan pendapat kalian di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.