(REVIEW) The Conjuring: The Devil Made Me Do It (2021)

The Conjuring: The Devil Made Me Do It
Genre
  • horor
  • misteri
  • thriller
Actors
  • Patrick wilson
  • Vera Farmiga
Director
  • Michael Chaves
Release Date
  • 02 June 2021
Rating
3.5 / 5

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film The Conjuring: The Devil Made Me Do It yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.

The Conjuring 3 juga diharapkan jadi film yang bikin orang kembali ke bioskop, setelah A Quiet Place Part II. Digadang-gadang jadi penutup trilogi dengan kisah yang lebih luas, kisah kasus supranatural dari Ed dan Lorraine Warren ini siap hadirkan kengerian di luar nalar mulai 2 Juni 2021 di bioskop.

Sinopsis The Conjuring: The Devil Made Me Do It berkisah tentang kisah tersulit yang pernah dihadapi oleh pasangan paranormal, Ed dan Lorraine Warren sepanjang kariernya. Kisah tersebut berfokus pada kasus pembunuhan nyata yang dilakukan oleh Arne Johnson pada 1981.

Arne mengaku melakukan pembunuhan tanpa dia sadari karena dirinya pada saat itu sedang dirasuki oleh iblis. Ed dan Lorraine kemudian turun tangan untuk membuktikan apakah pengakuannya Arne memang benar atau hanya bualan belaka. Mengingat, hukum hanya berlaku pada hal-hal nyata bukan yang gaib.

Lalu, seberapa serunya kisah fenomenal tersebut? Apakah sebagai penutup trilogi, The Conjuring 3 hadirkan kengerian yang sama dengan pendahulunya? Simak review The Conjuring: The Devil Made Me Do It versi KINCIR di bawah ini.

 

Ketika Iblis dan Kasus Kriminal Jadi Satu

Sinopsis dan Review The Conjuring 3
Sinopsis dan Review The Conjuring 3 Via Dok. New Line Cinema.

Satu hal yang mengundang tawa dalam film horor ini adalah pembuktian adegan kasus kriminal yang disebabkan oleh kerasukan iblis. Sang terdakwa, Arne, mengakui bahwa dirinya dirasuki iblis ketika membunuh. Siapa yang percaya? Polisi, pengacara, bahkan pengadilan enggak percaya hal itu terjadi. Maka, Ed dan Lorraine yang kerap menangani kasus gaib pun turun tangan dan membuktikan bahwa iblis itu ada, bahkan bisa beyond their universe.

Dari premis tersebut, tentu film horor The Conjuring ini terlihat berbeda dengan pendahulunya. Alasannya, karena cakupannya lebih luas dan lebih kompleks, bukan sekadar hantu-hantuan di satu rumah saja. Bahkan, bisa dibilang film ketiga ini lebih banyak adegan aksi dan thriller, dibanding unsur horornya.

Jump Scare yang Klise dan Villain yang Biasa

Sinopsis dan Review The Conjuring 3
Sinopsis dan Review The Conjuring 3 Via Dok. New Line Cinema.

Sejak awal, kamu sudah diperlihatkan suasana rumah yang angker, gelap, berantakan, dengan cakaran di banyak dinding. Kemudian dilanjutkan dengan adegan exorcism yang intens dan menyeramkan. Sebagai adegan awal, itu cukup jadi pemanasan yang menarik.

Sayangnya, adegan jump scare selanjutnya bukan jadi hal baru. Buat kamu yang nonton semua film The Conjuring Universe, tentu bisa menebak mana momen si hantu muncul dan mana sudut-sudut si hantu bakal nampak. Tampaknya, Michael Chaves sebagai sutradara pun mengikuti format film sebelumnya.

Sinopsis dan Review The Conjuring 3
Sinopsis dan Review The Conjuring 3 Via Dok. New Line Cinema.

Ada beberapa pengambilan gambar dengan konsep menakut-nakuti, seperti karya Chaves sebelumya, The Curse of La Llorona yang biasa-biasa saja tapi bisa bikin kamu siap-siap tutup mata. Pun disertai dengan scoring dari Joseph Bishara, yang juga menggarap skor The Conjuring (2013), Annabelle (2014), The Conjuring 2 (2016), The Curse of la Llorona (2019), dan Annabelle Comes Home (2019).

Sosok iblis yang menjadi villain juga kurang ikonis, seperti Valak atau Annabelle. Namun, kekuatannya bisa menandingi dua makhluk tersebut, karena embel-embel sekte, bukan arwah penasaran.

Meskipun ada beberapa jump scare klise dan momen menakutkan, KINCIR berharap itu lebih intens. Namun, ini tetap jadi film horor yang bagus meski terlalu lama, dan dengan villain yang biasa-biasa saja.

Keintiman Patrick Wilson dan Vera Farmiga

Sinopsis dan Review The Conjuring 3
Sinopsis dan Review The Conjuring 3 Via Dok. New Line Cinema.

Ada untungnya juga ketika si iblis enggak terlalu bersinar. Seri ke-3 ini justru menjadi panggung bagi karakter Ed dan Lorraine yang diperankan oleh Patrick Wilson dan Vera Farmiga. Hubungan mereka yang intim, menarik untuk ditonton dan sejujurnya tanpa mereka, bisa jadi film ini tak sebaik yang diharapkan.

Akting dan penampilan keduanya enggak bikin bosan. Wilson tampil sebagai Ed yang selalu melindungi Lorraine, meski enggak memiliki kekuatan supranatural layaknya sang istri. Namun, keberanian dan cintanya untuk Lorraine menghapus rasa takutnya pada iblis yang dihadapinya.

Pun dengan Vera Farmiga yang tampil dengan dandanan dan kostum era 1980-an, membuatnya tampak menjadi paranormal hit. Film horor ini juga menjadi aksi terekstremnya dalam The Conjuring Universe. Farmiga juga berhasil mengimbangi Wilson. Harus diakui, keintiman Ed dan Lorraine dalam film ini lebih baik dari dua film sebelumnya.

 

Cukup Solid, tapi Bukan Jadi Film Horor The Conjuring Universe yang Paling Baik

Via Dok. New Line Cinema

Digarap oleh Michael Chaves, ini adalah karya kedua dalam The Conjuring Universe, setelah  The Curse of La Llorona . Tak heran jika dalam beberapa adegan kamu merasa familiar dengan film tersebut. Penulis skenarionya juga bukan Chad Hayes dan Carey W. Hayes lagi, melainkan David Leslie Johnson yang sebelumnya menulis untuk film Orphan (2009), The Nun (2018), dan sempat membantu duo Hayes di The Conjuring 2. Lalu, apakah kengeriannya akan berbeda seperti dua seri The Conjuring yang digarap James Wan?

Nyatanya, film ini tak seseram dua film sebelumnya. Harus diakui, karakter iblisnya tak semenarik The Nun atau Annabelle. Meskipun KINCIR masih merasakan momen horor yang kuat, sayangnya tidak merasakan ketegangan yang sama seperti yang KINCIR rasakan di dua seri sebelumnya.

Secara pribadi, KINCIR merasa seri ke-2 adalah film The Conjuring terbaik, karena lebih menakutkan, visual dan scoring arahan James Wan yang fantastis, serta atmosfer London yang mistis. The Conjuring yang pertama tidak seseram yang kedua, tapi dieksekusi dengan baik dengan plot yang kuat.

Via Dok. New Line Cinema

Nah, yang ke-3 ini bisa dibilang yang paling lemah. Namun bukan berarti paling jelek, lho. Masih memberikan sense demon yang konsisten meski enggak seintens dua film sebelumnya. Film ini tetap menarik untuk melihat pasangan paranormal fenomenal tersebut dalam cerita/kasus yang berbeda, dan untungnya masih hadirkan film horor yang cukup solid.

Meski treatment-nya digarap mirip-mirip dengan James Wan, The Conjuring: The Devil Made Me Do It tidak memiliki kekuatan dan nuansa unik yang sama dengan dua film sebelumnya. Entah, apakah Chaves hanya mengikuti formatnya dan kurang berani mengeksplorasi, tak ada hal baru yang membuatnya berbeda dengan Wan. Meski begitu, ini adalah kelanjutan yang bagus dalam franchise dengan genre drama kriminal sekaligus memberi ketakutan dari apa yang kita tonton.

***

Jika The Conjuring Universe dilanjutkan, menurut KINCIR lebih baik spin-off dari berbagai iblisnya. Kalaupun akan ada The Conjuring 4 dan seterusnya, diharapkan memiliki formula yang lebih segar dibandingkan hanya menakut-nakuti di dalam rumah angker.

Oh ya, sambil nungguin credit film, kamu bisa lihat dokumenter kasus nyatanya dalam bentuk potongan gambar. Enggak ada post-credit yang mengindikasikan kelanjutan kisahnya, kok! Kalau sudah nonton, bagikan pendapat kamu di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya.

Saran KINCIR, tonton The Conjuring: The Devil Made Me Do It di bioskop dengan audio Dolby Atmos, ya. Seen on the biggest screen for the biggest scream!

 

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.