Fire Force, Sajian Shounen Seru yang Sedikit Ternoda

Menghadapi amukan api dengan kekuatan api yang lebih dahsyat. Ini adalah gagasan menarik yang kontradiktif dengan pemahaman kita ini adalah bagian dari plot yang diusung oleh Fire Force (Enen no Shoubutai). Kisah ini berangkat dari sebuah manga shounen yang telah diterbitkan berkala di majalah Weekly Shounen sejak 2015.

Fire Force tercipta dari tangan kreatif Atsushi Okubo yang tak lain merupakan pencipta Soul Eater. Seperti halnya Dr. Stone, Fire Force menjadi satu dari sekian anime musim panas tahun ini yang sangat ditunggu kemunculan adaptasi animenya. Manga ini lantas benar-benar dialihmediakan menjadi sebuah animasi yang pengerjaannya diserahkan kepada studio David Production.

Bagaimana ulasan dari anime yang mengisahkan sosok iblis api ini? Berikut rangkumannya!

Tragedi Nasional yang Mengkhawatirkan

Pada suatu waktu di masa depan, dunia dikisahkan telah mengalami konsekuensi logis dari fenomena pemanasan global berupa peningkatan air laut yang terus bertambah tinggi. Kondisinya sudah teramat parah. Sejumlah negara tertentu telah mengalami penyusutan wilayah dan sebagian lainnya bahkan sudah lenyap dari peta dunia.

Memasuki era baru yang dinamakan “Era Surya”, Jepang juga tengah disibukkan dengan sebuah fenomena yang tak kalah mengkhawatirkan. Secara acak dengan sebab yang belum dapat divalidasi secara ilmiah, tubuh para penduduk sewaktu-waktu dapat terbakar.

Belum cukup sampai di situ, para korban tidak tewas begitu saja. Mereka berubah menjadi monster api yang dijuluki “Infernal”. Shinra Kusakabe paham betul betapa menyedihkannya peristiwa ini.

Semasa kecilnya, ibu dan adiknya tewas akibat insiden serupa. Hal ini menyisakan luka yang mustahil disembuhkan sehingga dia berhasil mencari jawaban atas penyebab atau dalang peristiwa ini. Dengan motivasi itulah, dia pun mendaftarkan diri menjadi anggota Fire Force, sebuah unit khusus yang ditugaskan menangani fenomena ini.

Kehadiran Beragam Karakter yang Lumayan Klise

Shinra bukanlah sembarang orang. Sebagai pengguna kekuatan api generasi ketiga, dia menyimpan kekuatan hebat yang membuat dirinya mampu menghasilkan tenaga api yang besar dari kedua kakinya. Sebagaimana Iron Man atau Genos, dia bisa bebas terbang dan melesat dari satu titik ke titik lokasi lainnya. Kekuatannya terlalu dahsyat jika dibandingkan dengan sesama anggota lainnya di Regu 8.

Kita juga diperkenalkan pada Maki Oze, seorang gadis eks militer dengan kekuatan fisik yang buas. Ada pula Akitaru Oubi sang komandan andal non-pengguna api dan Boyle Arthur, kawan lama Shinra yang punya pedang plasma bak film Star Wars yang dia namakan Excalibur. Tak lupa, hadir Iris, seorang biarawati yang rutin memanjatkan doa tatkala pasukan “mengistirahatkan” Infernal.

Formasi karakter serial ini sejatinya cukup solid. Memang, sih, kehadiran mereka terasa sangat generik. Penempelan motivasi atau kisah masa lalu yang tragis sama sekali bukan hal yang baru. Niat mulia menjadi penegak kebenaran demi membalaskan kematian orangtua terdengar keren bagi penonton awam, tapi tidak buat mereka yang rutin menikmati sajian shounen.

Paling tidak, Shinra masih bisa bernapas lega. Beberapa karakter utama lain seperti Maki dan “raja kesatria” Arthur nyaris tidak memiliki landasan motivasi berarti untuk bergabung dalam tim pembasmi makhluk api ini. Hingga menginjak episode 8, seharusnya pihak studio mau menyelipkan adegan tertentu atau setidaknya dialog intim yang menyiratkan motivasi mereka.

Rangkaian Adegan yang Menodai

Dengan berbagai kelebihannya, sayangnya, Fire Force mengandung hal yang kontroversial. Ini soal adegan yang dianggap jelas merupakan sebuah pelecehan seksual. Misalnya saja adegan yang terjadi pada episode 3.

Dalam adegan ini, Shinra dan Tamaki Kotatsu berada dalam pemusatan latihan bersama. Saat itu, Shinra digambarkan “tidak sengaja” mendaratkan tangannya pada suatu bagian tubuh Tamaki. Bukan cuma sekali, tapi dua kali berturut-turut.

Lebih parahnya lagi, Shinra sama sekali tak menunjukkan perasaan bersalah dan malah menyalahkan Tamaki yang dia anggap mengganggu proses pengorekan informasi dari komandan Burns. Wajah Shinra yang tersenyum menyeringai (meski kita tahu bahwa dia sedang dalam kondisi gugup) makin memperparah representasi adegan ini.

Entah kenapa, adegan terang benderang di arena luas dan di bawah sorot matahari langsung ini menguap begitu saja tanpa disadari oleh orang-orang di sekitarnya.

Saat berbicara soal fanservice dalam anime, sulit menyamakan persepsi untuk menentukan sejauh mana suatu adegan masih bisa dikategorikan sebagai tahap wajar. Namun, adegan yang memperlihatkan seorang lelaki yang menggerayangi tubuh perempuan dengan usil dan tanpa merasa bersalah, seharusnya tak berhak ditampilkan meski dibaluti pembenaran semacam apa pun.

Lagipula, andai saja adegan tersebut itu dihilangkan, plot cerita Fire Force tak akan berubah dalam taraf yang signifikan. Penonton tetap akan paham bahwa Shinra adalah lelaki yang kikuk dalam segala situasi, sedangkan Tamaki adalah gadis yang “proaktif.”

Sialnya, adegan ini bukan yang pertama. Tamaki nyaris selalu menjadi objek pelecehan setiap kala dia tampil dalam frame pada episode-episode berikutnya.

Sekuens Aksi yang Melipur Kekecewaan

Kalau kalian termasuk penonton yang kecewa dengan kedangkalan cerita atau keberadaan adegan-adegan mesum tak perlu seperti yang dibahas di atas, kalian bisa memberi kesempatan pada anime ini setelah menyaksikan adegan pertarungannya.

Adegan pembuka di peron kereta api bisa dijadikan gambaran seperti apa kerennya pertempuran dalam anime ini. Lihat saja betapa heroiknya Shinra menyelamatkan nyawa Iris. Dia melesat cepat bak sedang berseluncur es dalam iringan sorot kamera yang mengagumkan.

Kobaran api yang menumpuk dalam setiap pertarungan melawan infernal dilukis dengan cukup dinamis. Begitu pula dalam babak episode ketika Regu 8 menyerbu markas Regu 5 yang semarak akan pertarungan individu pada anggotanya.

David Production (JoJo’s Bizzare Adventure dan Cells at Work!) sudah terbukti piawai menjahit adegan aksi yang bikin mata terpana. Kualitas Fire Force mungkin masih kalah jauh dibandingkan animasi Attack on Titan. Namun, bagi penggemar yang hobi menelan unsur aksi, Fire Force bisa dibilang enggak akan bikin kalian kecewa.

***

Sebenarnya, Fire Force adalah anime yang cukup keren, apalagi dalam menjajakan adegan aksi. Namun, citranya jadi menderita akibat karakterisasi pemain yang cukup klise dan kemunculan adegan yang enggak perlu.

Kalau saja Fire Force bisa sedikit melepaskan diri dari fitrahnya sebagai tipikal anime shounen dan serius menata konflik cerita yang lebih dalam, anime ini bisa menjadi kandidat anime terbaik musim panas ini yang hampir tak punya lawan berarti.

Nah, apakah kalian pernah menonton Fire Force? Bagaimana menurut kalian soal anime ini? Coba jabarkan pendapat kalian di kolom komentar, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.